Dark Side Sisi Gelapmu Part 01



Dark Side Lahir Kembali oleh Jacob Hansvield

Dengan pakaian serba hitam yang menutupi tubuhnya, pria paruh baya itu berjalan menggenggam sebuah handphone.

"Kakek tua, apakah kau serius melawan mereka sendirian?!" Suara seseorang dari handphone.

"Aku tak pernah main-main mengambil keputusan!! Jika aku mau pasti kubunuh kau dari sini sekarang juga!" Balas kakek tua itu dengan geramnya.

Pejalan kaki lainnya menatap jijik pada kakek tua itu. Beberapa dari mereka bahkan ada yang lari ketakutan melihat kakek itu.
Mungkin mereka menganggap kakek itu semacam gelandangan gila.

"Wah-wah kharismamu memang tidak pernah pudar, selalu saja menarik perhatian ya...khekheke..." Ledek orang tersebut mengetahui para pejalan kaki ketakutan melihat sosok kakek itu

"Kau saja yang tidak pernah menua dasar iblis!! Btw bisakah kau diam sebentar."

"Oke-oke jangan marah dong...btw, Have Fun Yach..."
Lalu kakek tua itu menutup panggilannya.

Sebuah bagunan besar, terang benderang. Sinarnya bagaikan bulannya kota Krissoft.

Kakek itu berjalan melalui karpet merah yang biasanya digunakan untuk tempat berjalannya para selebriti ketika menghadiri suatu acara besar. Nampaknya bangunan besar itu merupakan rumah sakit persalinan yang biasanya digunakan untuk orang-orang kaya

Para wartawan yang menanti konfrensi pers terheran. Beberapa dari mereka memfoto kakek itu, karena ini kejadian langka dan mungkin akan laku jika dijadikan meme jadi, tak ada keraguan dari mereka ketika memfotonya.

Beberapa dari mereka menertawai kakek ini. Tetapi sang kakek seolah tak peduli mengacuhkan mereka.

Dua orang berbadan besar berlari dan menghadang kakek.

"Maaf kek, tapi tempat ini bukan panti jompo... mohon kakek keluar lewat sebelah sana." Senyum sangar security dengan mengarahkan jalan keluar.

"Terimakasih atas sarannya..." kakek meringis mengerikan.

Dibukalah tudung yang ia kenakan. Sontak para wartawan dan masyarakat yang berkumpul di sekitar situ panik mereka berlari menjauh.

"Ka-kek cangkul?!" Panik sang security.

Sebuah cangkul besar keluar dari tangan kanannya, menebas tubuh sang security. Darah segar mengalir dengan derasanya. Habislah tubuh sang security yang terbelah menjadi dua bagian

Security yang satunya bersikap tenang, karena ia telah mengacungkan pistol. Tak ada ekspresi ketakutan dari wajahnya. Hal itu karena jam terbang <dalam hal ini pengalaman> security yang bernama Zlain Tinrys lebih tinggi.

Namanya sempat meroket, beberapa tahun yang lalu saat berhasil menakap gembong narkoba seorang diri.

"Fufufu walaupun pada akhirnya kau berlaih ke sisi gelap, tapi aku masih menganggapmu sebegai teman kok." Ucap Zlain dengan gairahnya.

“.......” Ditembaklah peluru tersebut ke arah sang kakek

Peluru yang menghujam berhasil terhidar. Sebuah hal tidak wajar  seorang kakek berhasil menghidari peluru berkecepatan 232km/hr dengan mudahnya.
“Aku sarankan sebaiknya kau jangan cepat marah, bisa-bisa wajahmu tambah tua lagi deh..” Ledek Zlain dengan sedikit tertawa
"Sebenarnya aku tak suka dipanggil kakek cangkul tapi... mau bagaimana lagi. Jika itu bukan karenamu mungkin aku akan berada di Puncak." Kampak besar keluar dari perutnya.

"Seharusnya memang kau mati saja saat itu." Zlain membuka bajunya.

Terlihat tubuhya yang kurus dan bisa dibilang kurang pantas untuk menyandang security.

Zlain melesat menghentak tanah hingga menimbulkan  jejak yang lumayan dalam.

Dengan tangkas kapak di pergunakannya melawan Zlain, gerakannya memukau sekaligus mengerikan. Layaknya hewan buas yang siap mencengkram mangsanya.

Beberapa bagian tubuh Zlain tergores. Zlain mundur beberapa langkah menyadari dirinya yang kewalahan. Dengan terengah-engah dan keringat dingin yang bercucuran. Dia hanya tertawa kecut.

"Huft pengalaman memang guru terbaik, SIAL !!!"

Kedua tangan Zlain berubah menjadi berwarna putih diiringi asap yang mengepul. Pupil matanya dan rambutnya juga ikut memutih.

"Sial saat kau serius malah para lalat datang, cih..." geram kakek.

Beberapa polisi datang membawa senjata api yang beragam jenis. Mereka tampak bersiap membidik kakek.

Zlain justru merasa semakin khawatir, polisi akan membebaninya dan itu artinya mereka baru saja membuang nyawanya.

"Hei-hei bukannya kau ingin bertarung serius?! Lalu kenapa kau terlihat sangat khawatir??!! khehehe... atau jangan-jangan-" Seringai menyeram kan tergores pada mulut kakek itu

"Jacob keluarga mereka menanti di rumah, kumohon...."

"Oke-oke sebagai seseorang yang lebih tua aku memakluminya tapi itu tak berlaku jika kau mati."

"Terimakasih atas kedewasaanmu."

Jacob (kakek) menutup matanya. Ratusan peluru yang mehujam berhenti ketika radius 5 meter darinya.

Time Pause, kekuatan yang Jacob gunakan saat ini (tapi untuk menggunakan kekuatan ini akan membuat umur penggunanya akan habis dalam waktu 3 jam) untuk menghentikan dimensi ruang dan waktu. Itu artinya seluruh alam semesta juga terhenti, kecuali Jacob sendiri dan Zlain.

"Aku bersumpah untuk mencegah keabadianmu sekaligus mengembalikan akal sehatmu, sehingga kita bisa kembali seperti dulu lagi."

"Aku bahkan baru melihatmu security junior." Ledek Jacob dengan seringai mengerikan.

Tubuh Zlain sepenuhnya memutih hingga rambutnya.
Secepat kilat Zlain berada dihadapan Jacob, mengibaskan cakarannya.

Jacob menerima serangan itu begitu saja dia terhempas dengan luka cakaran di perutnya. Tak tinggal diam, Zlain kembali berada tepat di belakang Jacob. Dipukulah Jacob kedalam tanah hingga membentuk sumur kecil.

"Padahal sebenarnya aku mengagumimu Jacob, tapi keserakahanmu lah yang membuatmu menua. Dan itu sebagai hukumanmu yang tak tergantikan." Sedih Zlain dengan memejamkan matanya.

"Bodoh!!" Kata itu menggema kuping Zlain.

Zlain sontak kaget, dia memandang sekitar. Tidak ada siapapun kecuali para polisi yang mematung.

Zlain berlari menuju dalam gedung, ia mengecheck ruangan satu persatu. Lantai satu hasilnya nihil. Dengan jumlah 25 ruangan tidak ada Jacob di dalamnya.

"Teruslah mencari....
Hingga akhirnya-"

Suara itu kembali menggema dalam telinga Zlain, perkataan suara itu terhenti. Sebuah pukulan melesat dengan cepat menghantam perut Zlain.

Mulutnya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Zlain meringis kesakitan.

Tanpa ia sadari kakinya terseret oleh tangan misterius yang muncul dari bawah lantai. Zlain berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dari genggaman tangan misterius itu.

Tapi hasil usahanya nihil. Dia justru semakin cepat terseret, hingga akhirnya tubuhnya terhenti di depan pintu lift.

Beberapa tagan misterius berwarna putih pucat bertambah banyak. Tangan itu mengikat tubuh Zlain yang memberontak. Energi tubuh Zlain dihisap oleh tangan tersebut, hingga akhirnya kekuatannya menghilang. Tubuh perkasa nan warna putihnya kembali seperti orang normal.

Zlain semakin lemas karena energinya terkuras habis. Ia hampir tidak bisa memberontak kembali. Tapi ekspresi wajahnya sangat panik ketika pintu lift terbuka.

"Dasar pengecut beraninya cuma sembunyi dan main tangan aja!!!"

"Oek..oek...oek..." suara tangisan bayi dalam ruangan sebelah lift.

"Jangan-jangan!!!" Khawatir Zlain.



Lalu ditariklah kakinya (Zlain) untuk memasuki lift. Tapi belum sepenuhnya tubuh itu memasuki lift, kepalanya terjepit.

"Sial-"
JROSSH......kepalanya meluncur ke lantai. Darah menghujum dari pintu lift.

"Oek..Oek...- cuma bercanda, lumayan nih...kwkwkwkwkwkwkww...dapat anak artist(>_<)" Kata bayi itu dengan seringai mengerikan.




Previous
Next Post »