Dark
Side Lahir Kembali oleh Jacob Hansvield
Dengan pakaian
serba hitam yang menutupi tubuhnya, pria paruh baya itu berjalan menggenggam
sebuah handphone.
"Kakek
tua, apakah kau serius melawan mereka sendirian?!" Suara seseorang dari
handphone.
"Aku
tak pernah main-main mengambil keputusan!! Jika aku mau pasti kubunuh kau dari
sini sekarang juga!" Balas kakek tua itu dengan geramnya.
Pejalan kaki
lainnya menatap jijik pada kakek tua itu. Beberapa dari mereka bahkan ada yang
lari ketakutan melihat kakek itu.
Mungkin mereka
menganggap kakek itu semacam gelandangan gila.
"Wah-wah
kharismamu memang tidak pernah pudar, selalu saja menarik perhatian
ya...khekheke..." Ledek orang tersebut mengetahui para pejalan kaki
ketakutan melihat sosok kakek itu
"Kau
saja yang tidak pernah menua dasar iblis!! Btw bisakah kau diam sebentar."
"Oke-oke
jangan marah dong...btw, Have Fun Yach..."
Lalu kakek tua
itu menutup panggilannya.
Sebuah bagunan
besar, terang benderang. Sinarnya bagaikan bulannya kota Krissoft.
Kakek itu
berjalan melalui karpet merah yang biasanya digunakan untuk tempat berjalannya
para selebriti ketika menghadiri suatu acara besar. Nampaknya bangunan besar
itu merupakan rumah sakit persalinan yang biasanya digunakan untuk orang-orang
kaya
Para wartawan
yang menanti konfrensi pers terheran. Beberapa dari mereka memfoto kakek itu,
karena ini kejadian langka dan mungkin akan laku jika dijadikan meme jadi, tak
ada keraguan dari mereka ketika memfotonya.
Beberapa dari
mereka menertawai kakek ini. Tetapi sang kakek seolah tak peduli mengacuhkan
mereka.
Dua orang
berbadan besar berlari dan menghadang kakek.
"Maaf
kek, tapi tempat ini bukan panti jompo... mohon kakek keluar lewat sebelah
sana." Senyum sangar security dengan mengarahkan jalan keluar.
"Terimakasih
atas sarannya..." kakek meringis mengerikan.
Dibukalah
tudung yang ia kenakan. Sontak para wartawan dan masyarakat yang berkumpul di
sekitar situ panik mereka berlari menjauh.
"Ka-kek
cangkul?!" Panik sang security.
Sebuah cangkul
besar keluar dari tangan kanannya, menebas tubuh sang security. Darah segar
mengalir dengan derasanya. Habislah tubuh sang security yang terbelah menjadi
dua bagian
Security yang
satunya bersikap tenang, karena ia telah mengacungkan pistol. Tak ada ekspresi
ketakutan dari wajahnya. Hal itu karena jam terbang <dalam hal ini
pengalaman> security yang bernama Zlain Tinrys lebih tinggi.
Namanya sempat
meroket, beberapa tahun yang lalu saat berhasil menakap gembong narkoba seorang
diri.
"Fufufu
walaupun pada akhirnya kau berlaih ke sisi gelap, tapi aku masih menganggapmu
sebegai teman kok." Ucap Zlain dengan gairahnya.
“.......”
Ditembaklah peluru tersebut ke arah sang kakek
Peluru yang
menghujam berhasil terhidar. Sebuah hal tidak wajar seorang kakek berhasil menghidari peluru
berkecepatan 232km/hr dengan mudahnya.
“Aku
sarankan sebaiknya kau jangan cepat marah, bisa-bisa wajahmu tambah tua lagi
deh..” Ledek Zlain dengan sedikit tertawa
"Sebenarnya
aku tak suka dipanggil kakek cangkul tapi... mau bagaimana lagi. Jika itu bukan
karenamu mungkin aku akan berada di Puncak." Kampak besar keluar dari
perutnya.
"Seharusnya
memang kau mati saja saat itu." Zlain membuka bajunya.
Terlihat
tubuhya yang kurus dan bisa dibilang kurang pantas untuk menyandang security.
Zlain melesat
menghentak tanah hingga menimbulkan
jejak yang lumayan dalam.
Dengan tangkas
kapak di pergunakannya melawan Zlain, gerakannya memukau sekaligus mengerikan.
Layaknya hewan buas yang siap mencengkram mangsanya.
Beberapa
bagian tubuh Zlain tergores. Zlain mundur beberapa langkah menyadari dirinya
yang kewalahan. Dengan terengah-engah dan keringat dingin yang bercucuran. Dia
hanya tertawa kecut.
"Huft
pengalaman memang guru terbaik, SIAL !!!"
Kedua tangan
Zlain berubah menjadi berwarna putih diiringi asap yang mengepul. Pupil matanya
dan rambutnya juga ikut memutih.
"Sial
saat kau serius malah para lalat datang, cih..." geram kakek.
Beberapa
polisi datang membawa senjata api yang beragam jenis. Mereka tampak bersiap
membidik kakek.
Zlain justru merasa
semakin khawatir, polisi akan membebaninya dan itu artinya mereka baru saja
membuang nyawanya.
"Hei-hei
bukannya kau ingin bertarung serius?! Lalu kenapa kau terlihat sangat
khawatir??!! khehehe... atau jangan-jangan-" Seringai menyeram kan tergores
pada mulut kakek itu
"Jacob
keluarga mereka menanti di rumah, kumohon...."
"Oke-oke
sebagai seseorang yang lebih tua aku memakluminya tapi itu tak berlaku jika kau
mati."
"Terimakasih
atas kedewasaanmu."
Jacob (kakek)
menutup matanya. Ratusan peluru yang mehujam berhenti ketika radius 5 meter
darinya.
Time Pause,
kekuatan yang Jacob gunakan saat ini (tapi untuk menggunakan kekuatan ini akan
membuat umur penggunanya akan habis dalam waktu 3 jam) untuk menghentikan
dimensi ruang dan waktu. Itu artinya seluruh alam semesta juga terhenti,
kecuali Jacob sendiri dan Zlain.
"Aku
bersumpah untuk mencegah keabadianmu sekaligus mengembalikan akal sehatmu,
sehingga kita bisa kembali seperti dulu lagi."
"Aku
bahkan baru melihatmu security junior." Ledek Jacob dengan seringai
mengerikan.
Tubuh Zlain
sepenuhnya memutih hingga rambutnya.
Secepat kilat
Zlain berada dihadapan Jacob, mengibaskan cakarannya.
Jacob menerima
serangan itu begitu saja dia terhempas dengan luka cakaran di perutnya. Tak
tinggal diam, Zlain kembali berada tepat di belakang Jacob. Dipukulah Jacob
kedalam tanah hingga membentuk sumur kecil.
"Padahal
sebenarnya aku mengagumimu Jacob, tapi keserakahanmu lah yang membuatmu menua.
Dan itu sebagai hukumanmu yang tak tergantikan." Sedih Zlain dengan
memejamkan matanya.
"Bodoh!!"
Kata itu menggema kuping Zlain.
Zlain sontak
kaget, dia memandang sekitar. Tidak ada siapapun kecuali para polisi yang
mematung.
Zlain berlari
menuju dalam gedung, ia mengecheck ruangan satu persatu. Lantai satu hasilnya
nihil. Dengan jumlah 25 ruangan tidak ada Jacob di dalamnya.
"Teruslah
mencari....
Hingga
akhirnya-"
Suara itu
kembali menggema dalam telinga Zlain, perkataan suara itu terhenti. Sebuah
pukulan melesat dengan cepat menghantam perut Zlain.
Mulutnya
mengeluarkan darah yang cukup banyak. Zlain meringis kesakitan.
Tanpa ia
sadari kakinya terseret oleh tangan misterius yang muncul dari bawah lantai.
Zlain berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dari genggaman tangan misterius
itu.
Tapi hasil usahanya
nihil. Dia justru semakin cepat terseret, hingga akhirnya tubuhnya terhenti di
depan pintu lift.
Beberapa tagan
misterius berwarna putih pucat bertambah banyak. Tangan itu mengikat tubuh
Zlain yang memberontak. Energi tubuh Zlain dihisap oleh tangan tersebut, hingga
akhirnya kekuatannya menghilang. Tubuh perkasa nan warna putihnya kembali
seperti orang normal.
Zlain semakin
lemas karena energinya terkuras habis. Ia hampir tidak bisa memberontak
kembali. Tapi ekspresi wajahnya sangat panik ketika pintu lift terbuka.
"Dasar
pengecut beraninya cuma sembunyi dan main tangan aja!!!"
"Oek..oek...oek..."
suara tangisan bayi dalam ruangan sebelah lift.
"Jangan-jangan!!!"
Khawatir Zlain.
Lalu
ditariklah kakinya (Zlain) untuk memasuki lift. Tapi belum sepenuhnya tubuh itu
memasuki lift, kepalanya terjepit.
"Sial-"
JROSSH......kepalanya
meluncur ke lantai. Darah menghujum dari pintu lift.
"Oek..Oek...-
cuma bercanda, lumayan nih...kwkwkwkwkwkwkww...dapat anak
artist(>_<)" Kata bayi itu dengan seringai mengerikan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon