Terinspirasi dari Manga Boku dake ga Inai Machi
Tek,tek,tek….
Suara dentukan jarum jam berbunyi, angin malam hari menerpa tubuhku, hawa dingin mulai merasuki jeruji kulitku yang nampaknya akan membeku. Sembari menggigil kedinginan, terlihat sebuah selimut biru tergeletak di meja belajarku. Aku yang baru menyadarinya tak bisa tinggal diam. Lalu dipakailah selimut biru itu.
“Haah… hangatnya..”
Kututup mataku yang mulai lelah, berharap ada hari esok menanti. Menanti untuk masa depan yang cerah. Andaikan aku penjelajah waktu, aku pasti akan mencegah Hirumi dan Tsubaki mati. Mereka mati dari pembunuhan berantai. Pelakunya telah tertangkap, berusia 18 tahun tinggi 170cm status pelajar, nama Hanazuki Kayo. Dua bulan lagi Hanazuki Kayo akan di eksekusi. Padahal aku yakin kalau Kayo-chan bukan pembunuhnya (aku sangat yakin^_^) karena dia adalah teman pertamaku. Aku lebih mengetahuinya dan lebih dekat dari orang lain.
Cerita ini berawal dari musim panas.
“Oyy Tsubaki-kun berikan bolanya.” Teriak seorang anak dengan rambut putihnya yang terkena terpaan angin sehingga membuat rambutnya seolah pohon kelapa yang melambai di pantai.
“Heehhhee tidak akan kuberikan sebelum kau dapat merebutnya, cobalah untuk sedikit berusaha Hirumi-chan.” Dengan sombongnya anak yang bernama Tsubaki itu sambil menggiring bola.
“Tenang saja Hirumi-chan, bolanya akan kurebut untukmu.” Dengan gagahnya anak laki-laki berambut biru.
Tsubaki yang sedang menggiring bola dengan penuh semangat, berhasil melewati satu persatu lawanya, tinggal dua orang lagi yaitu Hirumi dan anak laki-laki berambut biru yang kini telah bersiap dihadapannya untung menghalau serangan Tsubaki.
“Tidak akan kau melewatiku.”
“Coba saja kalau bisa Kazu.”
Lalu Tsubaki membuat tipuan pada saat menggiring bola, berawal dari arah giringganya yang dari sisi kiri lalu ke sisi kanan dan akhirnya kembali ke sisi kiri lagi. Yah nampaknya Kazu tak terima dirinya dikalahkan oleh Tsubaki, mungkin karena dia gengsi karena pada saat itu ada Hirumi dihadapannya.
Dengan cara yang kasar, Kazu menghentikan kaki Tsubaki, dengan menyandungnya. Jatuhlah Tsubaki dengan luka di kakinya.
“Mouu, kasar sekali kamu Kazu, liat nih gara-gara kamu kakiku berdarah.”
“Tapi tak apa kazu-kun, kau telah melakukan yang terbaik, untukku.” Senyum Hirumi ke Kazu.
Yah, wajah memerah membanjiri seluruh permukaan wajah Kazu.
“Tapi nggak perlu kasar juga kan?” Tsubaki dengan ekspresi marahnya kepada Kazu.
“Heheh, maaf tapi kalau Hirumi yang mau apapun kulakukan. Yah, mungkin saatnya kamu istirahat dulu, sebaiknya kamu digantikan Fujinuma dulu deh..”
“Fujinuma? Nggak deh emang dia bisa apa?” Kata Tsubaki dengan keras. Saking kerasnya hingga sampai dapat didengar di telingaku.
Yah, Tsubaki memang seperti itu, selalu saja blak-blakan. Dan juga seperti yang sudah kuduga hari ini aku tidak mendapat jatah bermain (seperti biasanya). Sebenarnya aku juga tau ihtikat baik dari Kazu yang selalu mengajakku bermain sepakbola setelah pulang sekolah, tapi selalu saja mereka tidak pernah memberikan aku kesempatan untuk bermain.
Lalu mereka melanjutkan permainannya lagi, sepertinya keberadaanku disini sudah tidak diperlukan lagi. Hah sial, seharusnya aku menunjukkan taringku saja sejak awal. Yah, setidaknya agar keberadaanku lebih diakui.
Akupun beranjak dari kursi kayu yang terpajang di pinggiran lapangan, aku mau pulang dan tidur (untuk menatap masa depan). Tapi, seorang perempuan berambut hitam lurus, dengan panjang rambutnya sebahu dan pakaian sekolahnya berada dihadapanku, lalu ia membuka mulutnya.
“Mau kemana kau? Apa? Pasti kau ingin lari dari kenyataan kan? Kenyataan bahwa kau tidak sedikitpun diakui temanmu. Seharusnya kau tahu dari dulu dan harus meninggalkan mereka, seberapapun kau berusaha hasilnya akan sama saja, KAU ITU SAMA DENGANKU.” Kata perempuan itu dengan nada yang menekan pada bagian KAU ITU SAMA DENGANKU.
“Memangnya kau siapa? Aku kenal kau saja tidak. Kalau soal melarikan diri dari kenyataan kau salah aku hanya tidak ingin membuang-buang waktu. Lebih baik waktu kosong yang mereka buat aku kugankan untuk membangun masa depan.”
“Namaku Hanazuki Kayo, dari kelas 10-1. Hmm.. membangun masa depan atau hanyalah sebuah kedokmu saja, bilang saja kau hanya ingin menghabiskan waktumu untuk tidur kan? Kau hanya malu mengakuinya.” Jawab Kayo dengan nada remehnya.
“Yah memang benar aku akan tidur siang, dan sejujurnya memang aku muak dengan kata-kata busuk mereka.”
“Kata-kata busuk?” Tanya Kayo penasaran.
“Sebelum mereka mengajakku kesini, dengan polosnya mereka menghapiri rumahku dan berkata ‘Satouru Fujinuma-san.. bermain sepak bola yuk, teman-teman semua dating lho.’ Yah walaupun perkataannya benar teman-temanku semua datang, tapi gara-gara itu aku nggak diberi kesempatan main deh.” Fujinuma dengan wajah murungnya.
“Dayou, jadi aku benarkan. Kita ini benar-benar sama lho.” Kayo dengan memegang tanganku. Wajahku merah dibuatnya.
“Lepaskan tanganku, lagian kita ini jelas beda, kau perempuan dan aku laki-laki.”
“Maksudku kita ini sama dalam hal pergaulan…. Jadi marilah kita bekerja sama dalam meningkatkan pergaulan kita demi mendapatkan kepercayaan teman kita. Maka dari itu mari kita buat janji.”
“Janji?” Tanyaku penasaran.
“Janji, dimana kita akan saling membantu bagaimana agar dapat mendapat teman. Nama janji itu adalah Na-ka-”
Bersambung..
ConversionConversion EmoticonEmoticon