Ditulis : Rama
Disebuah gedung,
“Selamat bagi kalian semua, semoga setelah lulus dari sini kalian akan mendapatkan perguruan tinggi yang kalian impikan.” Kata seorang lelaki tua dengan pakaian jasnya yang berwarna hitam.
Lalu suara tepuk tangan terdengar setelahnya. “Selanjutnya saya akan mengumumkan siswa dengan perolehan hasil nilai terbaik, untuk siswa yang mendapatkan peringkat pertama dengan name 59 adalah… Rozik Saputra, kepada Rozik Saputra waktu dan tempat di persilahkan.”
‘Rozik? Hah sudah kuduga tetapi kira-kira berapa ya name ku?” batin seorang siswa dengan rambut bergaya spikenya yang berwarna kuning. Lalu siswa yang bernama Rozik berjalan menuju mimbar sembari membawa topi kelulusannya. “Aku sangat bersyukur bisa mendapat peringkat pertama, saya yakin hasil ini diperoleh dari kerjakeras saya selama ini, dan untuk teman-teman malas dan mendapatkan nilai jelek saya ucapkan berbela sungkawa semoga kalian beruntung di perguruan tinggi swasta dan juga bersiap-siaplah menjadi bawahan saya!” kata Rozik dengan ekspresi sombong yang Nampak pada mukanya.
‘Dasar anak sombong tidak bisa dibiarkan nih.’
“Mohon perhatiannya sebentar.” Kata siswa yang rambutnya bergaya spike
“Saya sangat tidak setuju dengan pernyataan Rozik, dia telah menghina teman-teman termasuk saya walaupun saya belum melihat hasilnya tetapi ketika saya mengerjakan saya benar-benar merasa kesusahan, lalu soal nilai SAYA SELAKU PERWAKILAN SISWA BERTANYA KEPADA ANAK YANG MERASA DIRINYA PALING HEBAT INI. Apakah nilaimu menjamin masa depan!!!?? Walaupun sebenarnya memang sangat berpengaruh tetapi apakah kau sudah yakin dengan nilaimu itu kau akan sukses?”
“Mohon Ananda Dimas agar tetap tenang, karena ini adalah hari kelulusan, seharusnyakan ini berjalan dengan tenang.” Kata pak Yugo dengan ekspresi cemasnya
“Tapi pak, perkataan dia, lihat dibelakang sana ada beberapa siswa menangis saat mendengar ucapan sampah dari Roziq dia har-.” Perkataan dimas terhenti
“Yah sebenarnya kalian tidak perlu menangis, karena seberapapun bodohnya kalian. Aku pasti akan menerima kalian menjadi anak buahku ketika aku sudah bekerja nanti. Yah walaupun kalian akan kuberi upah tak seberapa.”
“Dasar kau Rozik J*NCOK, mari kita buktikan 10 tahun mendatang siapa yang lebih sukses antara kau dan aku.” Kata Dimas sambil meneteskan air mata nampaknya perkataan Rozik telah membuatnya sakit hati.
“Oke aku terima tantanganmu meskipun aku tak yakin kau akan sukses, emm oh ya pak Yugo bisa bacakan berapa perolehan name yang Dimas peroleh.”
“Tapi ini kan name saya tak mempunyai hak untuk membukanya kecuali Dimas mengijinkannya.”
“Silahkan pak saya sudah siap mendengar hasilnya.”
Lalu pak Yugo mendekatkan bibirnya kearah mic dan dibacakanlah nilai perolehan Dimas
“Ananda Dimas Septi mendapatkan perolehan name 42.”
“42? Yuhuu……”
“Hanya 42, hasil itu mungkin cukup untuk perguruan tinggi negeri tapi tetap saja kau tak bisa mengalahkan kesuksesan ku.”
“Kau ini memang banyak omong ya, mari kita buktikan saja sepuluh tahun mendatang.”
“Yokai”
Hari-hari mulai silih berganti, bulan, tahunpun terlewati tak terasa sudah sepuluh tahun setelah tantangan Dimas ke Rozik. Hari ini merupakan hari pembuktian siapa yang lebih sukses, yah walaupun nampaknya mereka berdua sudah tidak terlalu mempedulikan tantangan tersebut.
Disebuah café kopi shop terlihat Rozik sedang duduk dengan santainya dan sebuah laptop berada dihadapannya, nampaknya ia sedang menyelesaikan pekerjaannya sembari meminum kopi di sebuah café. Lalu entah kebetulan atau apa, tiba-tiba terlihat seorang pria dengan rambut kuningnya dan gaya rambut spikenya yang khas, yang tak lain dia adalah Dimas. Rozik yang melihat dimas, langsung meletakkan secangkir kopi yang sedang ia minum dan menuju ke arah Dimas yang sedang memesan sebuah minuman.
“Lama tidak bertemu Dimas.” Sapa Rozik kepada dimas.
Mendengar perkataaan Rozik Dimas pun langsung menoleh ke sumber suara.
“Siapa kau?” Tanya Dimas dengan penuh keheranan.
“Yah nampaknya wajahku sudah banyak berubahnya, berbeda denganmu yang sangat mudah dikenali dengan hanya melihat rambutmu. Aku adalah Rozik seorang siwa SMA Pionir bangsa, yang tak lain Rivalmu aku akan menagih tantanganmu.”
“Waah Rozik? Kau terlihat sangat berbedaya. Kau sudah menjadi bos besarya? Sepertinya kau memang benar nilai berpengaruh pada masa depan yang indah.”
“Hmm.. kau sudah mengakui kekalahanmu ya, oh ya ngomong ngomong pekerjaanmu sekarang apa?”
“Kalau aku sih mungkin tidak sesukses kamu yang jadi CEO Steal Industries.”
“Bagaimana kau tau?”
“Tuh di bagian sakumu ada lambing dan tulisannya. Aku hanyalah menjadi pemilik penerbit majalah Cerbung.”
“Jangan-jangan majalah, LiNE Magazine ya?”
“Yup..”
“Waah kau hebat, tau nggak aku itu beli terus setiap minggunya lho sampai-sampai tidak ada satu edisipun yang kulewatkan. Pasti banyak editor yang handal di tempat kerjamu ya.. eh tapi kalau dipikir-pikir darimana kau dapat modalnya sebanyak itu.”
“Yah untuk modal awalnya… sebenarnya aku waktu kuliah magang sebentar di google yah walaupun menjadi staff bagian review adsense.”
“WoOOOOO. Walaupun magang tapi kau pasti dapat uang milyaran ya dari sana.”
“Ya kira-kira cukuplah buat modal.”
“Kalau begitu aku kalah darimu dong..”
“Kalah?” Tanya Dimas penasaran
“Iya walaupun mungkin hasil perbulanku ratusan milyar.. tapi gara-gara itu aku nggak bisa nikmatin hidup, selalu aja ada proyek baru jadi uangnya serasa nggak berguna. Dan berkat kamu aku sadar ORANG SUKSES BUKANLAH ORANG YANG KAYA DENGAN PENDAPATAN MILYARAN PERHARI/BULAN/TAHUN MELAINKAN ORANG SUKSES ADALAH ORANG YANG DAPAT MENIKMATI HASIL KERJA SENDIRI KERASNYA JUGA DAPAT BERBAGI DENGAN ORANG LAIN DAN DAPAT MENIKMATI HASIL KERJAKERAS ITU.”
“Ngomong apa sih kamu?”
END-
Disebuah gedung,
“Selamat bagi kalian semua, semoga setelah lulus dari sini kalian akan mendapatkan perguruan tinggi yang kalian impikan.” Kata seorang lelaki tua dengan pakaian jasnya yang berwarna hitam.
Lalu suara tepuk tangan terdengar setelahnya. “Selanjutnya saya akan mengumumkan siswa dengan perolehan hasil nilai terbaik, untuk siswa yang mendapatkan peringkat pertama dengan name 59 adalah… Rozik Saputra, kepada Rozik Saputra waktu dan tempat di persilahkan.”
‘Rozik? Hah sudah kuduga tetapi kira-kira berapa ya name ku?” batin seorang siswa dengan rambut bergaya spikenya yang berwarna kuning. Lalu siswa yang bernama Rozik berjalan menuju mimbar sembari membawa topi kelulusannya. “Aku sangat bersyukur bisa mendapat peringkat pertama, saya yakin hasil ini diperoleh dari kerjakeras saya selama ini, dan untuk teman-teman malas dan mendapatkan nilai jelek saya ucapkan berbela sungkawa semoga kalian beruntung di perguruan tinggi swasta dan juga bersiap-siaplah menjadi bawahan saya!” kata Rozik dengan ekspresi sombong yang Nampak pada mukanya.
‘Dasar anak sombong tidak bisa dibiarkan nih.’
“Mohon perhatiannya sebentar.” Kata siswa yang rambutnya bergaya spike
“Saya sangat tidak setuju dengan pernyataan Rozik, dia telah menghina teman-teman termasuk saya walaupun saya belum melihat hasilnya tetapi ketika saya mengerjakan saya benar-benar merasa kesusahan, lalu soal nilai SAYA SELAKU PERWAKILAN SISWA BERTANYA KEPADA ANAK YANG MERASA DIRINYA PALING HEBAT INI. Apakah nilaimu menjamin masa depan!!!?? Walaupun sebenarnya memang sangat berpengaruh tetapi apakah kau sudah yakin dengan nilaimu itu kau akan sukses?”
“Mohon Ananda Dimas agar tetap tenang, karena ini adalah hari kelulusan, seharusnyakan ini berjalan dengan tenang.” Kata pak Yugo dengan ekspresi cemasnya
“Tapi pak, perkataan dia, lihat dibelakang sana ada beberapa siswa menangis saat mendengar ucapan sampah dari Roziq dia har-.” Perkataan dimas terhenti
“Yah sebenarnya kalian tidak perlu menangis, karena seberapapun bodohnya kalian. Aku pasti akan menerima kalian menjadi anak buahku ketika aku sudah bekerja nanti. Yah walaupun kalian akan kuberi upah tak seberapa.”
“Dasar kau Rozik J*NCOK, mari kita buktikan 10 tahun mendatang siapa yang lebih sukses antara kau dan aku.” Kata Dimas sambil meneteskan air mata nampaknya perkataan Rozik telah membuatnya sakit hati.
“Oke aku terima tantanganmu meskipun aku tak yakin kau akan sukses, emm oh ya pak Yugo bisa bacakan berapa perolehan name yang Dimas peroleh.”
“Tapi ini kan name saya tak mempunyai hak untuk membukanya kecuali Dimas mengijinkannya.”
“Silahkan pak saya sudah siap mendengar hasilnya.”
Lalu pak Yugo mendekatkan bibirnya kearah mic dan dibacakanlah nilai perolehan Dimas
“Ananda Dimas Septi mendapatkan perolehan name 42.”
“42? Yuhuu……”
“Hanya 42, hasil itu mungkin cukup untuk perguruan tinggi negeri tapi tetap saja kau tak bisa mengalahkan kesuksesan ku.”
“Kau ini memang banyak omong ya, mari kita buktikan saja sepuluh tahun mendatang.”
“Yokai”
Hari-hari mulai silih berganti, bulan, tahunpun terlewati tak terasa sudah sepuluh tahun setelah tantangan Dimas ke Rozik. Hari ini merupakan hari pembuktian siapa yang lebih sukses, yah walaupun nampaknya mereka berdua sudah tidak terlalu mempedulikan tantangan tersebut.
Disebuah café kopi shop terlihat Rozik sedang duduk dengan santainya dan sebuah laptop berada dihadapannya, nampaknya ia sedang menyelesaikan pekerjaannya sembari meminum kopi di sebuah café. Lalu entah kebetulan atau apa, tiba-tiba terlihat seorang pria dengan rambut kuningnya dan gaya rambut spikenya yang khas, yang tak lain dia adalah Dimas. Rozik yang melihat dimas, langsung meletakkan secangkir kopi yang sedang ia minum dan menuju ke arah Dimas yang sedang memesan sebuah minuman.
“Lama tidak bertemu Dimas.” Sapa Rozik kepada dimas.
Mendengar perkataaan Rozik Dimas pun langsung menoleh ke sumber suara.
“Siapa kau?” Tanya Dimas dengan penuh keheranan.
“Yah nampaknya wajahku sudah banyak berubahnya, berbeda denganmu yang sangat mudah dikenali dengan hanya melihat rambutmu. Aku adalah Rozik seorang siwa SMA Pionir bangsa, yang tak lain Rivalmu aku akan menagih tantanganmu.”
“Waah Rozik? Kau terlihat sangat berbedaya. Kau sudah menjadi bos besarya? Sepertinya kau memang benar nilai berpengaruh pada masa depan yang indah.”
“Hmm.. kau sudah mengakui kekalahanmu ya, oh ya ngomong ngomong pekerjaanmu sekarang apa?”
“Kalau aku sih mungkin tidak sesukses kamu yang jadi CEO Steal Industries.”
“Bagaimana kau tau?”
“Tuh di bagian sakumu ada lambing dan tulisannya. Aku hanyalah menjadi pemilik penerbit majalah Cerbung.”
“Jangan-jangan majalah, LiNE Magazine ya?”
“Yup..”
“Waah kau hebat, tau nggak aku itu beli terus setiap minggunya lho sampai-sampai tidak ada satu edisipun yang kulewatkan. Pasti banyak editor yang handal di tempat kerjamu ya.. eh tapi kalau dipikir-pikir darimana kau dapat modalnya sebanyak itu.”
“Yah untuk modal awalnya… sebenarnya aku waktu kuliah magang sebentar di google yah walaupun menjadi staff bagian review adsense.”
“WoOOOOO. Walaupun magang tapi kau pasti dapat uang milyaran ya dari sana.”
“Ya kira-kira cukuplah buat modal.”
“Kalau begitu aku kalah darimu dong..”
“Kalah?” Tanya Dimas penasaran
“Iya walaupun mungkin hasil perbulanku ratusan milyar.. tapi gara-gara itu aku nggak bisa nikmatin hidup, selalu aja ada proyek baru jadi uangnya serasa nggak berguna. Dan berkat kamu aku sadar ORANG SUKSES BUKANLAH ORANG YANG KAYA DENGAN PENDAPATAN MILYARAN PERHARI/BULAN/TAHUN MELAINKAN ORANG SUKSES ADALAH ORANG YANG DAPAT MENIKMATI HASIL KERJA SENDIRI KERASNYA JUGA DAPAT BERBAGI DENGAN ORANG LAIN DAN DAPAT MENIKMATI HASIL KERJAKERAS ITU.”
“Ngomong apa sih kamu?”
END-
ConversionConversion EmoticonEmoticon