Object From Fall : Chapter 01


"Hyaaat" aku mengibaskan pedang ku dengan keras ke arah laki-laki berambut biru.
Yah, nampaknya dia berhasil menghindar dari seranganku sangat mudah. Semua seranganku dapat dihindarinya dengan mudah. 2,3,4,5 serangan yang kulancarkan tidak ada satupun yang mengenainya.
Sebenarnya dalam pertarungan ini aku lebih diuntungkan, bagaimana tidak? Aku menggunakan sebuah pedang untuk melawan sedangkan laki-laki berambut biru itu hanya menggunakan sebuah potongan dahan pohon yang lumayan panjang.
"Sepertinya kau maaih belum belajar juga ya, Ren" lalu laki-laki berambut biru itu mengibaskan kayunya ke arah kepalaku.
Karena saat ini posisi tanganku menghunuskan pedang kearahnya. Otomatis seluruh bagian tubuhku terfokus pada satu arah, yang tak lain tubuh laki-laki berambut biru. Dan saat itu juga dia mengibaskan kayunya ke arah kepalaku, sedangkan seranganku berhasil ia hindari dengan cepat.
Splasshh.....
"Aww sakit.... kenapa sih keras-keras. Sakit tau Jhon." Kataku sambil memegang bagian kepala yang tadi diserang menggunakan potongan dahan kayu
"Yah mau bagaimana lagi, aku melakukan itu agar kamu belajar."
"Iya aku tau, tapi nggak harus keras-keras baget," geramku dengan nada mengeluh.
Slet..
Suara pintu terbuka, kami yang sedang berbincang, mengalihkan kearah pintu. Terlihat seorang wanita berambut hitam lurus dengan pakaian maidnya mendekati kami.
"Hehe... aku membawa berita gembira buat kalian berdua. Tadi saat aku menjaga stand sejata di pameran milik pak Goni, Raja Runo tak sengaja melihat salah satu senjata yang membuatnya tertarik. Yang tak lain pedang Black Krystal hasil tempaan kalian berdua. Nah Raj Runo tertarik dengan hasil karya kalian berdua. Dan Raja Runo mengundang untuk bertamu ke istana, sebagai tamu istimewa." Kata wanita itu dengan penuh semangat.
"Tidak, aku tidak tertarik untuk bertamu ke istana, yang ada nanti malahan kita digunakan sebagai alat kerajaan untuk memproduksi senjata sebagai bahan perang." Wajar jika aku menolak.
Karena nanti bila pihak kerajaan memiliki berbagai senjata hebat, bisa-bisa perang terjadi lagi. Berbeda dengan raja sebelumnya yaitu Raja Yuko. Dimana menurut kakek raja Yuko adalah sosok yang cinta damai dan selalu memberi pajak yang ringan pada rakyatnya.
Sehingga pada zaman kakekku memakan daging adalah hal yang wajar. Berbeda yang terjadi saat ini. Daging bagaikan emas, hanya para bangsawan lah yang memakannya. Sedangkan kami rakyat biasa hanya memakan dedaunan. Sungguh ironi.
"Apa-apaan kau ini, kau sendiri yang bilang kalu kita berdua akan menjadi penempa senjata terbaikkan." Kata Jhon dengan nada tinggi. Sepertinya ia tak terima dengan pernyataanku.
"Memang benar kalau aku pernah mengatakan tujuan kita dalam menempa. Tetapi aku tak mau mahakarya sejata terbaik kita digunakan di tangan yang salah," jawabku datar.
"Hah kau ini dari kecil, memangnya kenapa sih dari kecil kau itu selalu berburuk sangka terhadap pihak kerajaan." Kata wanita yang kini ada di hadapanku dengan posisi badan yang membungkuk dan nada bicaranya yang menggurui.
"Kau ini juga cantik-cantik tapi masih-" tiba-tiba perkataanku terhenti karena wanita itu menyahutiku
"Apa!!aku cantik!" Lalu wajah wanita itu memerah, semerah tomat.
"Ya sepertinya kau masih menyukai Ren ya, kau masih belum banyak berubah ya Kanae.," ledek Jhon dengan melirik ke arahku.
"Ah sudahlah, kalian ini seharusnya tau bahwa setiap hari para bangsawan kerajaan selalu menyantap daging dengan santainya, sampai perut mereka buncit. Sedangkan mereka tak pernah sekalipun memikirkan nasib rakyatnya yang kelaparan."
"Tapi tadi raja Runo mengatakan akan menyambut kalian sebagai tamu istimewa dan akan memenuhi tiga permintaan kalian, apapun itu." Lanjut Kanae berusaha meyakinkan ku
"Apapun itu?" Tanyaku dengan penasaran sambil memegang tangan Kanae.
Aku sengaja melakukan itu, karena aku suka melihat wajah Kanae yang tersipu malu.
"Yaa aapapun iitu," jawab Kanae dengan terbata bata dan wajahnya memerah.
"Jadi gimana Ren? Mau nggak?" Tanya Jhon kepadaku.
"Ya sepertinya patut kita coba." Jawabku lalu aku melepaskan tanganku yang memegang Kanae.
Nampaknya Kanae kaget dan malu karena ini pertama kalinya aku menyentuh tangannya. Selama ini aku selalu mengacuhkan Kanae walaupun aku tau kalau dia menyukaiku.
Tapi setelah dipikir-pikir wajah Kanae sangat lucu ketika tersipu malu. Hal itu yang aku suka darinya.
-
Sekarang aku dan Jhon telah berada di depan istana. Sebuah bangunan megah dengan sungai kecil yang mengitarinya. Pintu dari istana ini digunakan sebagai jembatan dalam melewati sungai. Sedangkan di dalam sungai kecil ini terdapat banyak buaya yang siap memakan siapa saja yang jatuh. Bisa dibayangkan siapa saja yang jatuh pasti akan menjadi mangsa bagi para buaya yang lapar.
Seorang prajurit dengan membawa pedang di bahunya mendekati kami.
"Selamat datang tuan. Mari saya antarkan ke Yang Mulia."
Seorang pria bermahkota yang berusia sekitar 30 tahunan tengah duduk dengan santainya di sebuah kursi. Para dayang mengipasinya tanpa henti.
"Lapor yang Mulia tamu kehormatan Jhon Alexander dan Ren Kizaru telah hadir." Seorang prajurit, sambil menundukan kepalanya.
"Bawa mereka keruang makan." Jawab Raja Runo dengan tegasnya.
Sementara itu...
Sambil berjalan Jhon berkata
"Wah keren... besar banget ya, coba kita tinggal disini. Bisa-bisa bertaun-taun aku nggak pergi keluar istana."
"Aduh, Jhon seharusnya kau tau dibalik istana yang megah ini, kan ada tanggung jawab yang besar bagi Raja yang harus membuat rakyatnya makmur." Sanggah Ren dengan nada menggurui
"Iya-iya aku tau. Seharusnya kamu terlahir jadi seorang pemimpin. Mungkin saja kamu menjadi Raja seperti yang kau inginkan soalnya kamu politis banget heheheh...."
"Jadi pemimpin ya.." kata Ren merenung.
Sampailah kami di sebuah ruangan, dengan berbagai makanan daging yang telah matang di meja. Aromanya membuat hidungku tersedak, lalu Raja Runo datang dari arah barat membawa sebilah pedang berwarna hitam pekat yang ditempa menggunakan black krystal atau lebih dikenal Oreon Dark.
Tak lama kemudian Raja Runo membuka mulutnya dan berkata
"Silahkan tuan-tuan, duduk dan nikmati hidangannya."
"Mari.." jawabku datar 'Eh seorang raja menyapa rakyat sepertiku dengan sopan? Baru kali ini aku dengar, pasti ini karena ada mau nya' batin ku dalam hati.
Entah apapun yang dia mau, aku harus berbaik sangka terlebih dahulu siapa tahu dia memang benar-benar baik.
Previous
Next Post »